Langsung ke konten utama

Sebuah Upaya Melupakan

Sebelum melangkah, apa salah jika aku menimbang terlebih dahulu? Memang terlalu bodoh jika aku tetap stuck pada luka namun justru akan semakin bodoh jika aku melangkah tanpa memikirkan luka yang akan ku terima dari hati yang lainnya. 

Aku pernah terjebak dikisah yang sama, saat aku memutuskan melangkah tanpa pertimbangan dan yang kuterima adalah luka, luka yang disebabkan oleh orang berbeda namun dalam cerita yang sama, karena orang ketiga. 

Namun akan menjadi sangat bodoh jika aku tidak memiliki upaya untuk mengakhiri semua rasa sakit ini, karena sebenarnya satu-satunya yang bisa memperbaiki hatiku kembali adalah diriku sendiri.

Tentang luka, seseorang harus sembuh untuk bisa melangkah atau mungkin butuh seseorang untuk bisa membantunya melangkah. Aku pernah mencoba untuk menyembuhkan lukaku sendiri agar bisa melangkah, tapi nyatanya aku gagal. Dan sekarang aku tengah berjuang dengan menggunakan pilihan kedua, melangkah dengan bantuan orang lain. 

Awalnya memang sangat-sangat sulit, bukan hanya awal bahkan hingga saat ini. Namun rasa sakit itu sedikit demi sedikit mulai terobati dan kuharap akan benar-benar berakhir. Dan tidak sekedar menjadi harapan. 

Menerima bantuan orang lain untuk melupakan seseorang yang sempurna menghancurkan hatiku bukanlah pilihan yang mudah. Kadang aku berpikir apakah aku tidak terlalu jahat? Apakah ini benar? Apakah aku tidak akan membuat orang itu terluka seperti apa yang dia berikan padaku? Tapi percayalah semua akan menjadi baik-baik saja jika kamu mampu menata kembali hatimu. 

Pepatah jawa mengatakan "Waiting Tresno Jalaran Soko Kulino" Cinta datang karena terbiasa. Semoga setiap upaya yang ku lakukan tidak akan membuatku terjebak dan juga tidak menjebak orang lain dalam kisahku yang rumit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berakhir Asing

 Haiiiii, ketemu lagi sama aku. Apa kabar???  Mau ceritaaaa kalau kisah aku dan dia sudah benar-benar berakhir. Sudah dari beberapa bulan yang lalu sih tapi baru sanggup aku tuliskan. Hehehhe Ternyata begini yah yang namanya "life after break up". Awalnya biasa aja sih, toh aku juga yang memutuskan untuk berhenti, sebenarnya masih mau berjuang dan bertahan tapi apa boleh buat "dia" sudah meminta agar aku pergi. Dia bilang begini "Silahkan mencoba sama orang baru, jalani hari-hari kamu dengan orang lain dan tanpa aku lagi". Jadi apa lagi yang bisa di perbuat selain pergi??? Harusnya dari awal aku sudah mengakhiri semuanya. Harusnya sejak aku tahu dia memberi peluang kepada orang lain untuk masuk diantara kami aku sudah melepasnya. Harusnya saat aku tahu dia mengaku tak pernah memiliki aku dalam hidupnya, aku sudah tidak memperdulikan dirinya lagi. Tapi sayang, semua hanya berakhir dengan kata harusnya. "Hai kak, bagaimana rasanya hidupmu tanpa aku??? P...

Semesta or Nestapa?

 Hellow gaess, i am back!!!  Seperti biasa, kalau aku kembali berarti saat ini sedang banyak resah yang menggelayut di hatiku. Karena aku tak ingin membuat orang merasa kasihan dan juga merasakan resahku,  jadi tempat terbaik untuk bercerita adalah dengan menulis. Lagi-lagi ini tentang hati dan pikiranku yang tak sejalan. Beberapa saat sebelumnya, aku berfikir untuk tak menerima orang baru lagi dalam hidupku dan fokus memperbaiki diri, pengen menikmati hidup tanpa laki-laki biar nggak patah hati lagi. Mwehehehe But guys, you have to know. Recently I was approached again by someone who I don't know how many times I have rejected. Tapi beberapa orang bilang "coba aja Cha, siapa tahu dia serius". Tapi gimana yahh, aku tuh nggak bisa. Yah kalian bayangin aja waktu kecil aku sama dia hobby nya berantem, bukan cuman adu mulut gaes tapi sampai adu jotos padahalkan badan dia gede. Dan sangking seringnya berantem aku sama dia sampai di panggil masuk ruang BK padahal itu posisinya ...

Penulis naskah yang paling apik

Aku pernah ingin menyerah pada hidup. Ingin menenggelamkan diriku pada lautan terdalam tapi aku takut kedalaman. Aku pernah berfikir untuk menjatuhkan diriku ketika berada di tempat yang tinggi, tapi aku takut ketinggian. Aku pernah ingin menyerah pada hidup. Menyalahkan semua orang untuk mentalku. Menyalahkan semua orang untuk sakitku. Bahkan aku mempertanyakan pada tuhan, sebenarnya perasaan apa yang diberikannya ini padaku? Meskipun begitu aku tak pernah berani menyalahkan Tuhan untuk takdirku. Sebab untuk semua hal yang terjadi dalam dunia ini adalah naskah yang telah ditulis dengan apik olehnya. Lalu bagaimana mungkin aku bisa menyalahkan Tuhan untuk hidupku? Sedang dia adalah zat yang karenanya aku hidup dan padanya aku kembali. Aku hanyalah seorang hamba yang hanya bisa terus menjalani, meminta dan pasrah. Wahai zat yang maha kuasa, kuserahkan hatiku, hidup dan matiku padamu. Aku tak lagi mengharapkan hidup dengan siapa dan aku tak lagi mempertanyakan siapa yan akan memilikiku. ...