Langsung ke konten utama

Tears

Sejauh ini aku selalu berfikir bahwa lukaku sudah sembuh dan hatiku sudah utuh. Aku menganggap bahwa semua sudah membaik, tapi hanya dengan mendengar satu lagu saja rasanya begitu menyesakkan. Apa aku belum benar-benar pulih?

Aku merasa seakan berada di dalam sebuah ruangan kecil yang gelap, rasanya sulit sekali untuk bernafas. Padahal kita belum sempat memulai tapi semua sudah berakhir. Seharusnya sejak awal aku tak pernah membiarkanmu masuk dan tidak memberimu celah untuk mengambil hatiku. Namun naasnya aku terlampau lambat untuk mencegah itu.

Hingga hatiku sempurna kamu miliki, kamu justru menjatuhkan dan mengahancurkannya. Padahal menurutku, butuh waktu berbulan-bulan untukmu bisa membuatku pecaya padamu dengan begitu kamu tidak akan mempermainkanku. Tapi nyatanya hanya butuh waktu sehari bagimu untuk membuatku benar-benar hancur. Pertahananku runtuh, kamu yang kupercaya untuk memberi ruang bagi orang lain, kamu yang kupercaya untuk memegang hatiku, kamu yang yang membuatku sadar untuk tidak terpaku pada masa lalu, kamu yang kupercayakan kebahagianku ternyata kamu juga yang mengahcurkan segalanya.

 Berbulan-bulan aku terpuruk, terus bertanya pada diriku sendiri, apa salahku? Kenapa kamu dengan tega mempermainkan hatiku? Apa aku sebegitu tidak pantasnya untukmu? Dan sekarang aku sadar, aku telah menemukan jawabannya. Bukan aku yang salah tapi memang kamu yang tidak pantas untuk memelikiku. Sudah cukup air mata yang harus keluar hanya untuk laki-laki sepertimu, laki-laki yang mengaku ingin pergi untuk kebaikanku tapi ternyata itu semua untuk kebaikan perempuan lain.

Terimakasih, setidaknya kamu pernah membuatku merasa seperti seorang putri meski itu semua hanya kepalsuan. Dan terimakasih sudah mengajarkanku bahwa aku harus lebih kuat dan harus bisa membentengi diriku untuk tahu siapa orang yang benar-benar tulus dan siapa orang yang penuh dengan tipu muslihat sepertimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berakhir Asing

 Haiiiii, ketemu lagi sama aku. Apa kabar???  Mau ceritaaaa kalau kisah aku dan dia sudah benar-benar berakhir. Sudah dari beberapa bulan yang lalu sih tapi baru sanggup aku tuliskan. Hehehhe Ternyata begini yah yang namanya "life after break up". Awalnya biasa aja sih, toh aku juga yang memutuskan untuk berhenti, sebenarnya masih mau berjuang dan bertahan tapi apa boleh buat "dia" sudah meminta agar aku pergi. Dia bilang begini "Silahkan mencoba sama orang baru, jalani hari-hari kamu dengan orang lain dan tanpa aku lagi". Jadi apa lagi yang bisa di perbuat selain pergi??? Harusnya dari awal aku sudah mengakhiri semuanya. Harusnya sejak aku tahu dia memberi peluang kepada orang lain untuk masuk diantara kami aku sudah melepasnya. Harusnya saat aku tahu dia mengaku tak pernah memiliki aku dalam hidupnya, aku sudah tidak memperdulikan dirinya lagi. Tapi sayang, semua hanya berakhir dengan kata harusnya. "Hai kak, bagaimana rasanya hidupmu tanpa aku??? P...

Semesta or Nestapa?

 Hellow gaess, i am back!!!  Seperti biasa, kalau aku kembali berarti saat ini sedang banyak resah yang menggelayut di hatiku. Karena aku tak ingin membuat orang merasa kasihan dan juga merasakan resahku,  jadi tempat terbaik untuk bercerita adalah dengan menulis. Lagi-lagi ini tentang hati dan pikiranku yang tak sejalan. Beberapa saat sebelumnya, aku berfikir untuk tak menerima orang baru lagi dalam hidupku dan fokus memperbaiki diri, pengen menikmati hidup tanpa laki-laki biar nggak patah hati lagi. Mwehehehe But guys, you have to know. Recently I was approached again by someone who I don't know how many times I have rejected. Tapi beberapa orang bilang "coba aja Cha, siapa tahu dia serius". Tapi gimana yahh, aku tuh nggak bisa. Yah kalian bayangin aja waktu kecil aku sama dia hobby nya berantem, bukan cuman adu mulut gaes tapi sampai adu jotos padahalkan badan dia gede. Dan sangking seringnya berantem aku sama dia sampai di panggil masuk ruang BK padahal itu posisinya ...

Penulis naskah yang paling apik

Aku pernah ingin menyerah pada hidup. Ingin menenggelamkan diriku pada lautan terdalam tapi aku takut kedalaman. Aku pernah berfikir untuk menjatuhkan diriku ketika berada di tempat yang tinggi, tapi aku takut ketinggian. Aku pernah ingin menyerah pada hidup. Menyalahkan semua orang untuk mentalku. Menyalahkan semua orang untuk sakitku. Bahkan aku mempertanyakan pada tuhan, sebenarnya perasaan apa yang diberikannya ini padaku? Meskipun begitu aku tak pernah berani menyalahkan Tuhan untuk takdirku. Sebab untuk semua hal yang terjadi dalam dunia ini adalah naskah yang telah ditulis dengan apik olehnya. Lalu bagaimana mungkin aku bisa menyalahkan Tuhan untuk hidupku? Sedang dia adalah zat yang karenanya aku hidup dan padanya aku kembali. Aku hanyalah seorang hamba yang hanya bisa terus menjalani, meminta dan pasrah. Wahai zat yang maha kuasa, kuserahkan hatiku, hidup dan matiku padamu. Aku tak lagi mengharapkan hidup dengan siapa dan aku tak lagi mempertanyakan siapa yan akan memilikiku. ...