Langsung ke konten utama

Hati yang Kupatahkan

 Beberapa bulan lalu aku mencoba mencintai orang lain, menerima dirinya untuk mencoba bahagia. Meskipun hal ini sama saja seperti mengundi nasib tapi tetap kucoba. Dia laki-laki yang baik, penuh dengan perhatian dan pengertian. Aku tak pernah sekalipun berniat untuk bermain-main dengannya. Karena jujur aku nyaman dengannya, tapi sayang lagi-lagi aku kembali menyakiti orang lain dengan sesuatu yang aku juga tidak tau kenapa aku bisa sampai dititik itu.

Puncaknya seminggu sebelum mengakhiri hubungan itu, aku benar-benar merasa memiliki emosi yang tidak stabil. Aku dengan teganya menjauh dari dia, aku bahkan tidak ingin bertemu dia, ngebalas chat dia, mengangkat telfonnya. You now why i did that?aku juga bingung, aku nggak tau. Melihat wajah dia, mendengar suaranya atau bahkan mendengar orang lain menyebut namanya saja aku sudah merasa nggak tenang, aku kayak pengen marah. But i do not why!

Hingga hari itu aku memutuskan untuk mengakhirinya, aku merasa sudah terlalu jahat seminggu itu padanya. Dia baik, sangat. Aku hanya takut jika terus berlanjut yang ada hubungan kami akan menjadi hububgan yang toxic, and than aku takut jika dia menganggapku hanya memanfaatkannya.

Terimakasih waktu singkatnya, maaf karena belum bisa membalas kebaikan kamu. Maaf karena pada akhirnya aku menjadi orang yang mematahkanmu. Dari hububgan ini aku belajar, bahwa mungkin sendiri adalah pilihan terbaik untukku agar tak ada lagi hati yang kupatahkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berakhir Asing

 Haiiiii, ketemu lagi sama aku. Apa kabar???  Mau ceritaaaa kalau kisah aku dan dia sudah benar-benar berakhir. Sudah dari beberapa bulan yang lalu sih tapi baru sanggup aku tuliskan. Hehehhe Ternyata begini yah yang namanya "life after break up". Awalnya biasa aja sih, toh aku juga yang memutuskan untuk berhenti, sebenarnya masih mau berjuang dan bertahan tapi apa boleh buat "dia" sudah meminta agar aku pergi. Dia bilang begini "Silahkan mencoba sama orang baru, jalani hari-hari kamu dengan orang lain dan tanpa aku lagi". Jadi apa lagi yang bisa di perbuat selain pergi??? Harusnya dari awal aku sudah mengakhiri semuanya. Harusnya sejak aku tahu dia memberi peluang kepada orang lain untuk masuk diantara kami aku sudah melepasnya. Harusnya saat aku tahu dia mengaku tak pernah memiliki aku dalam hidupnya, aku sudah tidak memperdulikan dirinya lagi. Tapi sayang, semua hanya berakhir dengan kata harusnya. "Hai kak, bagaimana rasanya hidupmu tanpa aku??? P...

Semesta or Nestapa?

 Hellow gaess, i am back!!!  Seperti biasa, kalau aku kembali berarti saat ini sedang banyak resah yang menggelayut di hatiku. Karena aku tak ingin membuat orang merasa kasihan dan juga merasakan resahku,  jadi tempat terbaik untuk bercerita adalah dengan menulis. Lagi-lagi ini tentang hati dan pikiranku yang tak sejalan. Beberapa saat sebelumnya, aku berfikir untuk tak menerima orang baru lagi dalam hidupku dan fokus memperbaiki diri, pengen menikmati hidup tanpa laki-laki biar nggak patah hati lagi. Mwehehehe But guys, you have to know. Recently I was approached again by someone who I don't know how many times I have rejected. Tapi beberapa orang bilang "coba aja Cha, siapa tahu dia serius". Tapi gimana yahh, aku tuh nggak bisa. Yah kalian bayangin aja waktu kecil aku sama dia hobby nya berantem, bukan cuman adu mulut gaes tapi sampai adu jotos padahalkan badan dia gede. Dan sangking seringnya berantem aku sama dia sampai di panggil masuk ruang BK padahal itu posisinya ...

Penulis naskah yang paling apik

Aku pernah ingin menyerah pada hidup. Ingin menenggelamkan diriku pada lautan terdalam tapi aku takut kedalaman. Aku pernah berfikir untuk menjatuhkan diriku ketika berada di tempat yang tinggi, tapi aku takut ketinggian. Aku pernah ingin menyerah pada hidup. Menyalahkan semua orang untuk mentalku. Menyalahkan semua orang untuk sakitku. Bahkan aku mempertanyakan pada tuhan, sebenarnya perasaan apa yang diberikannya ini padaku? Meskipun begitu aku tak pernah berani menyalahkan Tuhan untuk takdirku. Sebab untuk semua hal yang terjadi dalam dunia ini adalah naskah yang telah ditulis dengan apik olehnya. Lalu bagaimana mungkin aku bisa menyalahkan Tuhan untuk hidupku? Sedang dia adalah zat yang karenanya aku hidup dan padanya aku kembali. Aku hanyalah seorang hamba yang hanya bisa terus menjalani, meminta dan pasrah. Wahai zat yang maha kuasa, kuserahkan hatiku, hidup dan matiku padamu. Aku tak lagi mengharapkan hidup dengan siapa dan aku tak lagi mempertanyakan siapa yan akan memilikiku. ...